--> Skip to main content

Konsep Tasawuf K.H. Ahmad Rifa'i

Dewasa ini disiplin ilmu tasawuf telah makin memikat para cendekiawan, bahkan orang awam pun turut mengkaji ulang keberadaan ilmu tersebut. Saat ini referensi ilmu tasawuf yang terpampang di toko-toko buku laku keras, baik yang berorientasi falsafi, akhlaki maupun amali. Demikian pula para pengikut Rifa’iyah telah dengan baik mengamalkan dan mempraktekan ajaran Ahmad Rifai, sehinga mereka memiliki mental yang sehat. Terbukti misalnya, para pengikut Rifaiyah di kecamatan Cepiring mentaati ajaran Islam dengan baik dan mampu berinteraksi dengan masyarakat.

Respon masyarakat sangat positif terhadap para pengikut Rifa’iyah. Mereka hidup dengan tawakal dan tawaddu, serta qana’ah terhadap apa yang dianugerahkan Tuhan baik yang menyangkut aspek esoteris (batini) maupun eksoteris (johiriah). Yang menjadi masalah bagaimana konsep tasawuf K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab Abyān al- Hawāij dan bagaimana relevansi Tasawuf K.H Ahmad Rifa’i dengan kesehatan mental dalam kitab Abyān al-Hawāij. Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan, dengan analisis data kualitatif, serta metode deskriptif analisis.
Hasil dan pembahasan mengenai persoalan tasawuf, pemikiran tasawuf K.H. Ahmad Rifa’i dapat dikategorikan dalam tasawuf 'amali dan lebih banyak rumusan ajaran akhlak yang pada akhirnya berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui jalan pengisian diri dengan sifat terpuji dan pengosongan diri dari sifat tercela. Tasawufnya tidak mengesankan arti yang spesifik sebagaimana tasawuf konvensional yang idiom-idiomnya mengesankan adanya unsur eksklusif seperti pengertian taubat, wara, dan zuhud.


Bagi K.H.Ahmad Rifa'i, pengertian butir-butir akhlak terpuji dan akhlak tercela, memiliki pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian akhlak. Titik puncak tasawufnya adalah diperolehnya kedekatan kepada Allah yang dihiasi dengan tiga kondisi, yaitu khauf, mahabbah, dan ma'rifat. Karena hanya berupa tataran moral dan tujuan akhirnya adalah tiga kondisi tersebut maka pemikiran tasawufnya bukanlah tasawuf falsafi. Kiai Haji Ahmad Rifa’i dalam kitabnya Abyān al-Hawāij tidak menyebut istilah kesehatan mental secara eksplisit, apalagi menguraikan istilah itu.

Meskipun demikian, konsep tasawuf K.H. Ahmad Rifa’i tentang pembersihan diri melalui zuhud, qona’ah, sabar, dan sebagainya dapat diambil kesimpulan bahwa secara implisit ada konsep kesehatan mental. Alasan peneliti menyimpulkan seperti itu karena dalam literatur yang berkembang sebagaimana diungkapkan oleh Ramayulis dalam bukunya Pengantar Psikologi Agama bahwa setidak-tidaknya terdapat tiga pola untuk mengungkap metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental dalam persfektif Islam yaitu pertama, metode pengembangan potensi jasmani dan rohani; kedua, metode iman, Islam dan ihsan; dan ketiga, metode takhalili, takhalli, dan tajalli.

Sekian posting kali ini... Kalo sobat pingin download full dari postingan ini, bisa download format PDF (Skripsi) di sini. Trims...


Bagikan artikel ini:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar