Brugada Syndrome Diduga Serang Dokter Muda Stefanus Taofik, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Berduka
Sindrom Brugada adalah ketidaknormalan sistem listrik jantung yang mengakibatkan gangguan irama jantung yang membahayakan jiwa (aritmia). Hasil diagnosa ketidaknormalan ini adalah spesifik pada elektrokardiogram (EKG).
Pemeriksaan ektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan kesehatan terhadap aktivitas elektrik (listrik) jantung. Elektrokardiogram menggambarkan rekaman aktivitas elektrik jantung sebagai grafik jejak garis pada kertas grafik.
Beberapa waktu lalu telah beredar kamar di berbagai media elektronik bahwa seorang Dokter Anestesi yang bernama Stefanus Taofik bertugas di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya, dikabarkan telah meninggal akibat SIndrom Brugada, dan bukan karena kelelahan karena telah bertugas jaga di Rumah Sakit tersebut selama 2 hari berturut - turut.
Sindrom Brugada bisa sampai menyebabkan kematian karena efek sindrom ini terlibat langsung dengan sistem kerja jantung, yaitu ketidaknormalan sistem listrik pada bagian Atrium (serambi) kanan jantung.
Pada penderita sindrom burgada, detak jantungnya tidak bekerja secara normal dan menyebabkan ritme detak yang sangat tidak teratur. Secara tiba - tiba, seseorang bisa langsung pingsan mendadak.
SIndrom berbahaya ini dapat mengancam pada segala usia, meskipun sindrom ini lebih sering terjadi pada usia muda.
Seseorang yang terkena sindrom ini mungkin tidak menyadari dan hampir tidak ada gejala sama sekali. Sehingga si penderita luput dari pengawasan kerja pacu jantungnya.
Nah, siapa saja yang berisiko untuk terkena sindrom dapat mematikan ini?
Pertama, riwayat anggota keluarga yang meninggal akibat serangan jantung mendadak.
Kedua, riwayat seseorang yang memiliki ritme detak jantung yang tidak normal.
Ketiga, riwayat seseorang yang sering pingsan secara mendadak tanpa sebab maupun karena sebab kelalahan dsb.
Kabar yang beredar di beberapa media menjelaskan bahwa salah satu pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang bernama Mahesa Paranadipa mengungkapkan kinerja seorang Dokter Anestesi normalnya adalah sekitar 7 - 8 jam sehari, dengan istirahat selama 60 menit.
Namun, yang terjadi adalah Dokter Stefanus Taofik bekerja selama 2x24 jam dan selama itu juga menerima layanan On Call dan Standby. Sudah pasti itu merupakan tugas yang sangat berat dijalani.
Dengan adanya tugas yang dijalani tersebut, berita mengenai sebab kematian Dokter Stefanus Taofik masih simpang siur. Ada yang menduga karena kelelahan bekerja, dan ada pula yang menduga karena terserang sindrom brugada.
Persoalan mana yang akurat mengenai kematian dokter ini, hanya pihak Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro lah yang mengetahuinya, karena beliau langsung diperiksa di RSPI tersebut.
Demikian informasi yang dapat ditulis kali ini, semoga bermanfaat.